Bisnis Handmade Perempuan Asal Pati Ini Mampu Tembus Pasar Mancanegara

facebook : Ayun Tampati 

Tanpa aksesoris,penampilan wanita rasanya kurang lengkap. Tak hanya kalangan wanita dewasa yang menyukai aksesoris, namun juga kalangan anak-anak hingga remaja. Seiring tren fashion yang terus berputar, aksesoris wanita juga mengikuti tren, apalagi keinginan wanita untuk gonta-ganti model aksesoris yang dikenakannnya juga cukup besar.

Untuk mendukung hal tersebut kini banyak aksesoris wanita terbaru mulai dari tas, kalung, gelang, anting, bando atau bandana, bros, jepit rambut dan lainnya yang semakin banyak diminati wanita. Seiring perkembangan tren fashion, desain aksesoris wanita pun semakin beragam.

Saat ini aneka aksesoris wanita tak hanya didominasi oleh bahan dari batu-batuan alam seperti Sapphire (nilam), American Diamond, Swarovski, hingga mutiara. Namun aksesoris dari bahan-bahan yang mudah dijumpai di lingkungan seperti kain perca, baik dari jenis kain batik, katun, satin dan lainnya yang kemudian dibuat secara handmade justru lebih keren.

Bahkan kreasi kain perca mampu menghasilkan aksesoris wanita yang menawan dengan harga jual puluhan kali lipat lebih mahal dari harga bahannya. Saat ini aksesoris dari bahan perca tengah menjadi tren, terutama di pasar kalangan menengah atas.

Peluang bisnis ini tak disia-siakan oleh perempuan asal Desa Gesengan RT 4 RW 1 Kecamatan Cluwak, Pati, yakni Marzuni. Dengan modal awal hanya Rp 50 ribu, kini dirinya sudah mampu menghasilkan jutaan rupiah dari bisnis aksesoris yang dibuat secara handmade. “Modal awal saya dulu Cuma Rp 50 ribu, itu sudah termasuk alat dan bahannya. Kini, untuk omzet alhamdulillah sudah lumayan. Berkisar  Rp 4-5 jutaan lah,” ujarnya. 

Bisnis handmade yang ditekuni, katanya, berawal ketika dirinya kuliah dan kerja di Bogor beberapa tahun lalu. Saat itu, dirinya yang kerja kantoran dengan hari kerja hanya lima hari, kemudian hari libur dimanfaatkan untuk belajar merangkai aksesoris.

“Setiap hari Sabtu saya pergi ke Jakarta untuk belajar merangkai aksesoris berbahan akrilik. Karena ini bagian dari hobi saya, jadinya saya senang melakukan ini. Kemudian, ilmu yang saya dapat itu, saya praktikkan di rumah dan aksesorisnya saya pakai sendiri,” ungkapnya.

Tak disangka, ketika aksesoris itu dipakai dan teman-temannya melihat, ternyata banyak yang tertarik dan kemudian pesan untuk dibuatkan. Karena semakin banyaknya pesanan, kemudian, dirinya memutuskan untuk lebih serius menekuni bisnis handmade ini. 

Bahkan pada tahun 2009 lalu, dirinya rela untuk resign dari tempatnya bekerja di Bogor sebagai akuntan dan kembali ke kampung halaman. Namun, ketika sampai di rumah dirinya cukup kesulitan untuk memulai bisnis tersebut, karena kendala tidak adanya tenaga yang membantunya dan bahan akrilik yang sulit didapatkan di Pati.

Pada akhirnya, dirinya memutuskan untuk bekerja kembali sebagai akuntan di sebuah perusahaan di Jepara. Namun, pada 2013, dirinya mencoba kembali untuk menekuni kerajinan tersebut. Dan secara perlahan, hasilnya cukup menggembirakan. Bahkan, kini usaha tersebut terus berkembang hingga sekarang ini. 

Berawal dari sekedar hobi bergonta-ganti aksesoris, Marzuni kini berhasil membangun sebuah usaha aksesoris rumahan yang beromzet “lumayan”, bahkan bisnis rumahan pita sulam dan kain perca ini mampu tembus pasar global.

“Dari kesukaan saya akan benda-benda handmade, saya kemudian mencoba berkreasi dari sulaman pita, kain perca dan lainnya,” ungkapnya.

Kreasi sulaman pita dan kain perca tak hanya berhenti pada satu produk saja. Di tangan mungil Marzuni, kreasi sulaman pita dan kain perca bisa diaplikasikan pada pembuatan taplak meja cantik, bros, jepit rambut, dan lain sebagainya. Setelah banyak menyelesaikan produk, dirinya kemudian memberikan sampel buah karyanya kepada teman dan tetangga.

“Sungguh di luar dugaan, ternyata banyak kolega dan tetangga yang tertarik dengan produk saya. Menurut mereka aksesori buatan saya cukup inovatif. Dari situ kemudian ide wirausaha saya muncul, dan ingin mengembangkan lebih serius lagi dengan menekuni bisnis rumahan handmade ini,” katanya.

Bahkan, menurutnya, beberapa aksesoris kreasinya banyak diminati warga bukan hanya dari Indonesia, tapi juga mancanegara. Di antaranya, Swiss, Hongkong, Malaysia dan Cina. “Ya alhamdulillah, ternyata dari luar negeri banyak yang berminat,” imbuhnya.

Menurutnya, produk miliknya yang bisa tembus pasar global tersebut tidak lepas dari pemasaran yang dilakukan secara online. Namun memang, katanya, terkadang ada beberapa kendala ketika melakukan transaksi, di antaranya terkait bahasa.

Dirinya mengatakan, bisnis aksesoris ini peluangnya cukup besar. Yang dibutuhkan, katanya, adalah inovasi dan kreasi. Semakin kreatif, maka produk tersebut diyakini mampu bersaing di pasaran. Karena, aksesoris sudah menjadi bagian dari perempuan untuk kebutuhan fashion. “Saya yakin ke depan, bisnis handmade peluangnya tetap tinggi. Makanya, saya optimis menekuni bisnis ini,” katanya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Bisnis Handmade Perempuan Asal Pati Ini Mampu Tembus Pasar Mancanegara "

Post a Comment