Ganjar Minta Kearifan Lokal Tetap Dijaga Dalam Pengelolaan Air

SEKITARPANTURA.COM,SEMARANG - Kondisi infrastruktur sumber daya air, baik bendungan maupun irigasi saat ini sangat membutuhkan perhatian. Pasalnya, banyak bendungan yang dibangun pada 1970 dan 1980 an. Salah satunya Waduk Wadaslintang tidak cukup hanya pemeliharaan tapi mesti direhabilitasi.

“Pembangunan infrastruktur sumber daya air baik irigasi dan bendungan memang sudah lama, dan hingga kini masih terus berlanjut. Tapi, operasional dan pemeliharaan untuk infrastruktur sumber daya air masih kurang,” kata Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Jenderal Sumberdaya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Agung Juwartono dalam Pembukaan Lomba Operasional dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Teladan Tingkat Nasional, di MG Setos, Senin (17/7).



Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo/Humas Jateng


Saat ini, lanjutnya, pemerintah sudah mulai memberi perhatian pada bendungan. Sebab, pemerintah menyadari membangun tanpa memelihara hasilnya tidak akan optimal dan justru akan membebani. Namun, untuk mencapai operasional dan pemeliharaan yang memadai, dibutuhkan komitmen.

“Alhamdulillah sekarang komitmen dari pusat maupun daerah, tidak hanya didukung di belakang meja tapi juga di lapangan. Salah satunya Jateng. Semoga bisa menjadi contoh bagi daerah lain,” tutur Agung.

Selain membutuhkan komitmen pimpinan daerah, kata dia, juga memerlukan kualitas sumber daya manusia yang andal. Lomba Operasional dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Teladan diharapkan menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas kinerja SDM sumberdaya air.

“Lomba dimaksudkan untuk mencapai sistem maupun membentuk SDM yang andal. Lomba operasional dan pemeliharaan bukan hanya perkara menang dan kalah. Tapi lomba ini untuk mengukur kinerja masing-masing,” terang Agung.

Dia membeberkan, kategori yang dilombakan adalah operasional dan pemeliharaan daerah irigasi teladan, petugas operasional dan pemeliharaan irigasi/ rawa teladan, komunitas peduli sungai, operasional dan pengelolaan bendungan, dan petugas operasional dan pengelolaan bendungan. Total jumlah peserta sebanyak 234 orang.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo  sepakat, irigasi dan bendungan memang mesti mendapat perhatian. Sebab, air adalah sumber kehidupan. Apalagi, berdasarkan polling kecil yang dilakukannya lewat twitter, diketahui pembangunan irigasi dan infrastruktur menjadi keinginan utama masyarakat untuk diwujudkan.

“Saya polling lewat twitter,  pertanyaannya, kalau punya dana desa, apa yang Anda bangun? Kantor desa, SDM, irigasi dan infrastruktur, atau BUMDes. Yang tertinggi ternyata irigasi dan infrastruktur,” beber dia.


Meski masyarakat menyadari bahwa air sangat dibutuhkan, kata Ganjar, namun itu tidak diiringi dengan kesadaran menjaga kelestarian air. Banyak perilaku buruk yang diterima air, seperti membuang sampah dan hajat di sungai.

“Mengubah perilaku terhadap sungai itu upaya yang luar biasa sulit. Maka Bapak/ Ibu diharapkan punya sikap ideologis pada air, sungai dan sumber daya air dalam arti luas. Bagaimana kita mengelola waduk dan turunannya,” ucapnya.

Menurut Ganjar, air mempunyai siklus yang tidak bisa dipotong dalam pengelolaannya. Dia menjelaskan, ketika waduk kering, bisa dipastikan ada persoalan di bagian hulunya. Misalnya terjadi deforestrasi, sedimentasi, atau perlakuan tidak baik yang lain.

“Saya kira secara kultural, daerah-daerah memiliki kearifan-kearifan dalam mengelola air. Dulu ada jabatan pengatur air. Ulu-ulu namanya. Barangkali nanti bisa berbagi. Yang di Kalimantan apa, di Sumatera apa. Pasti ada. Itulah kearifan lokal yang ingin saya hidupkan kembali,” urai dia

Ganjar berpendapat, kearifan lokal dalam mengelola air diperlukan mengingat tidak semua pangkal persoalan mengenai air merupakan problem teknis. Dia kemudian menceritakan pengalamannya ketika meninjau areal persawahan yang tergenang air puluhan tahun di empat desa, yakni Desa Katekan, Sawit, Kerten (Kecamatan Gantiwarno) dan Desa Sengon Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Saat itu masyarakat minta persoalan lahannya diatasi dan dia menanggapi agar masyarakat berpindah lokasi saja karena penyelesaiannya membutuhkan rekayasa engineering air yang luar biasa.


“Tanggapan saya kemudian dijawab masyarakat bahwa penjaga pintu airnya tidak membuka dan menutup aliran air dengan tepat. Kalau ditahan lama akan banjir, begitu juga kalau dialirkan lama akan banjir. Maka ternyata problem bukan teknis, tapi sosial. Artinya, perlu pendekatan yang multidisipliner dalam mengelola air,” paparnya.

Berdasar pengalaman itu, Ganjar yakin pengelolaan air dengan kearifan lokal tetap perlu dijaga. Sebab, pengelolaan dengan kearifan lokal yang adalah pengelolaan yang paling bijaksana, meskipun tetap tidak melupakan rekayasa pengelolaan modern.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Ganjar Minta Kearifan Lokal Tetap Dijaga Dalam Pengelolaan Air "

Post a Comment