Mengenal Kembali Lasem, Tiongkok Kecil di Pantai Utara Jawa

SEKITARPANTURA.COM,REMBANG - Lasem, merupakan sebuah kota kecil atau tepatnya sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Rembang. Lasem, kini juga dikenal juga sebagai Petit Chinois  atau “Tiongkok kecil” karena merupakan kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa dan terdapat perkampungan Tionghoa yang sangat banyak tersebar di kota Lasem.

Lasem, merupakan satu tempat berkembangnya para imigran dari Tiongkok terbesar di Pulau Jawa abad ke-14 sampai 15 adalah Lasem (Lao Sam) selain di Sampotoalang (Semarang) dan Ujung Galuh (Surabaya).

Datangnya armada besar Laksamana Cheng Ho ke Jawa sebagai duta politik Kaisar China masa Dinasti Ming yang ingin membina hubungan bilateral dengan Majapahit terutama dalam bidang kebudayaan dan perdagangan negeri tersebut, mereka memperoleh legitimasi untuk melakukan aktivitas perniagaannya dan kemudian banyak yang tinggal dan menetap di daerah pesisir utara Pulau Jawa.


Bangunan klasik yang terdapat di Lasem/Istimewa


Selain Tiongkok Kecil, menjuluki Lasem sebagai “Beijing Kecil”. Entah dari mana julukan ini muncul namun nyatanya ada pro dan kontra di kalangan warga Pecinan Lasem. Warga yang kurang setuju dengan julukan “Tiongkok Kecil” lebih suka menyebut kawasan itu dengan nama ‘Pecinan Lasem tempo dulu’.

Julukan Lasem Kota Pusaka, juga melekat, karena dengan banyaknya kisah warisan sejarah masa lalu yang membingkai Lasem. Kawasan ini memiliki keanekaragaman budaya, Hindu, Budha, Islam, Jawa. Contohnya saja, situs-situs purbakala di Lasem seperti situs Leran, situ Bonang, situ situs Binangun dan situs Majapahit di Kawasan Gunung Kajar. Tak ketinggalan pula Lasem pun ditengarai identik dengan warisan budaya Cina – Indis yang kental.

Dikutip dari laman kesengsemlasem.com, Julukan Petit Chinois atau Tiongkok Kecil telanjur mendunia. Claudine Salmon dalam Chinese Epigraphic Materials in Indonesia yang terbit pada 1997 menyebut bahwa julukan ini muncul dari para wisatawan yang terpana menyaksikan kota berlanskap bangunan kuno seperti di daerah Fujian selatan. Julukan itu sah-sah saja karena diberikan oleh para pelancong, kemudian dilegitimasi oleh ilmuwan dan pers.

Umumnya mereka tidak setuju dengan sebutan itu, bahkan awalnya menentangnya. Kendati demikian, mereka saling menghormati dan menghargai julukan Tiongkok Kecil. Semuanya sepakat bahwa lasem adalah kota pusaka.

Lasem juga pernah tercatat dalam beberapa naskah kuno Jawa: Nagarakretagama (1365), kitab Badrasanti (1479), dan Pararaton (1600). Tak hanya dalam naskah kuno Jawa, toponimi Lasem pun tercatat dalam kronik Cina. Nama Lasem muncul pertama kalinya dalam catatan Cina pada 1304, berjudul Da De Nan Hai Zhi (Catatan Laut Selatan) tulisan Chen Da Zhen.

Dia menyebut Lasem dengan Luo Xin. Dalam kronik berjudul Shun Feng Xiang Song (Perjalanan Bersama Angin), ditulis tahun 1403-1424 muncul nama Na Can (Shan) alih-alih Lasem. Kemudian dalam kronik Xi Yang Zhao Gong Dian Lu (Catatan tentang Upeti dari Samudra Barat) yang terbit pada 1520, Lasem disebut dengan Na Can yang ditengarai sebagai daerah pegunungan.

Sebuah kronik yang terbit pada 1617 berjudul Dong Xi Yang Kao (Telisik Samudra Barat dan Timur) tulisan Zhang Xie tersurat nama tempat Na Can dan (Hu) Jiao Shan (Gunung Hu Jiao) yang diduga sebagai Gunung Lasem. Baru sekitar abad ke-19, nama Lasem dikenal dengan sebutan La Shen.

Tercatatnya nama Lasem dalam kronik Cina lintas abad seakan membuktikan bahwa Lasem menjadi tujuan dan tempat favorit para perantau asal negeri tirai bambu. Beratus tahun lalu orang-orang Cina berlayar dengan jung-jung menuju Nusantara dengan aneka misi—ekspedisi, mencari penghidupan yang lebih baik, melarikan diri dari bencana alam dan kisruh politik, berdagang dan lainnya.

Di Lasem, mereka mendarat di pelabuhan tua yang sudah tiada, pantai Caruban dan membangun pemukiman. Tiada keterangan pasti dari mana saja mereka berasal. Secara umum para peneliti seperti Borel, Ong Eng Die, Reid, Salmon, Wang Gong Wu, dan lainnya menyebutkan bahwa orang Cina di Nusantara berasal dari pesisir pantai selatan Cina, Fujian dan Guangdong.



Tiga Kelenteng Tua di Lasem

Jika berbicara tentang Lasem atau yang juga sering disebut sebagai Tiongkok Kecil, tak bisa dilepaskan dari keberadaan klenteng tua yang ada di wilayah tersebut. Klenteng ini menjadi sejarah bisu mengenai akulturasi budaya China dengan pribumi ketika itu.

Setidaknya, ada tiga klenteng tua yang ada di wilayah Lasem ini. Yakni, Klenteng Cu An Kiong di Dasun, Klenteng Poo An Bio di Karangturi, dan Klenteng Gie Yong Bio di Babagan.

Dimulai dari Klenteng Cu An Kiong di Desa Dasun. Klenteng ini merupakan klenteng tertua di pulau Jawa yang dibangun sekitar abad ke-15.Namun tiada catatan pasti mengenai peletakan batu pertama klenteng ini.

Pemugaran demi pemugaran dilakukan di klenteng tersebut. Informasi yang dihimpun, pemugaran dilakukan terakhir kalinya pada tahun 1868 silam. Klenteng ini dijadikan sebagai tempat pemujaan untuk Makco Thian Siang Sing Bo atau  Dewa Pelindung Laut  karena telah memberikan keselamatan di lautan untuk orang Tionghoa saat merantau ke negara lain.

Klenteng ini juga dipercaya merupakan klenteng yang menghormati dua orang China yang pertama kali mendarat di Lasem, yaitu pria bermarga Chen (Tan) .dan Huang (Oey).

Bahkan, keduanya juga dipuja di Rembang dan Juwana. Cerita versi lain, kedua tokoh China ini adalah pahlawan Lasem yang turut berperang bersama orang-orang Jawa melawan VOC pada 1740-1743. Orang Jawa mengenang peristiwa di zaman itu dengan sebutan “Geger Pacinan”.

Kemudian, ada Klenteng Poo An Bio di Karangturi. Klenteng ini dibangun sekitar tahun 1740. Pada zaman itu, pascamendaratnya Laksmana Cheng Ho, warga Tiongkok mulai menyebar ke daerah Karangturi atau lebih tepatnya berada di sebelah selatan jalan pantura Lasem.

Dengan altar utama Guo Seng Wang, terdapat lukisan sejumlah 100 buah pada tembok klenteng lengkap dengan cerita pendek yang menarik. Cerita tersebut merupakan cerita rakyat yang mengandung moral.

Selanjutnya, ada Klenteng Gie Yong Bio yang ada di Desa Babagan. Menurut cerita orang terdahulu, tempat tersebut didirikan pada tahun 1780 untuk menghormati leluhur yang berani gugur di medan perang melawan penjajah Belanda pada tahun 1742 hingga 1750.

Dalam pertempuran tersebut disebut dengan perang kuning yang dipimpin oleh Raden Ngabehi Widyaningrat (Oey Ing Kiat) sebagai Adipati Lasem dibantu oleh Panji Margono dari tokoh Jawa serta K. Ali Baedlowi atau disebut Mbah Joyo Tirto (Jotirto) atau juga K. Baedlowi atau juga K. Ali Badawi dari tokoh pesantren.

Klenteng tersebut  adalah saksi betapa eratnya hubungan emosional antara orang asli Indonesia atau pribumi dengan orang Tionghoa atau juga dengan umat muslim kala itu. Hubungan baik orang pribumi dengan orang Tionghoa di Lasem sangat berbeda dengan kota lain di Indonesia.

Salah satu, tokoh agama yang juga pemimpin Ponpes Kauman Karangturi KH. Zaim Ahmad mengatakan, pada tahun 1742, di Lasem pernah terjadi perang antara pribumi, China dan tokoh pesantren melawan VOC atau belanda.

“Dalam perang tersebut, pihak pribumi dipimpin Oleh Panji Margono, dari kalangan pesantren dipimpin K. Ali baedlowi. Pada masa itu, Kadipaten Lasem dipimpin oleh Oei Ing Kiat,” ujarnya.



Toleransi Antaretnis yang Terjaga di Lasem

Percampuran budaya Jawa dan Cina di wilayah Lasem, Rembang, bukan sekadar yang tergambar dalam sepotong batik Lasem. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai toleransi antaretnis maupun agama sangat kental di kota yang dijuluki “Tiongkok Kecil” dan “Kota Santri” atau “Kota Pusaka”.

Toleransi antaretnis dan agama di Lasem ini sudah terjadi sejak dulu, dan hal itu masih terlihat hingga sekarang. Interaksi sosial yang harmonis antaretnis juga akan kita jumpai di wilayah ini. Bahkan, hubungan yang harmonis sejak dulu tersebut, seolah tak goyah dengan berbagai isu tentang SARA seperti yag terjadi di beberapa daerah lain.

KH. Zaim Ahmad atau Gus Zaim, salah satu tokoh agama yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem mengatakan, keberagaman dan keharmonisan di Lasem memiliki sejarah panjang. Sejak dulu, Lasem yang terdiri dari ragam etnis dan agama, masyarakatnya hidup rukun dan damai.

“Bahkan, dalam sejarahnya, sekitar tahun 1742, di Lasem ini ada namanya Perang Kuning. Yaitu perang melawan VOC. Di mana, antara pribumi, santri dan Cina saling bahu membahu untuk perang melawan VOC tersebut,” ujarnya.

Dalam perang tersebut dipimpin Adipati Tumenggung Widyaningrat (Oei Ing Kiat) yang merupakan tokoh etnis Cina,Panji Margono tokoh Jawa dan Kiai Ali Baedlowi dari tokoh kalangan santri atau pesantren. Dalam perang tersebut, akhirnya VOC terusir dari Lasem.

Selain itu, menurut dia dalam berkehidupan, masyarakat di Lasem selalu mengedepankan rasa. Sehingga setiap perasaan itu bisa disalurkan di dalam kehidupan sehari-hari.”Yang penting, dalam berkehidupan di Lasem itu mengedepankan rasa, setelah itu baru logika. Supaya kehidupan di sini bisa aman, rukun dan tentram,” tuturnya.

Bukti lain terkait toleransi juga terjadi di keluarga Sigit Witjaksono (Njo Tjoen Hian), pemilik usaha batik. Dalam keluarganya, katanya, terdapat beragam agama yang dipeluk. Dirinya, anaknya dan cucunya ada yang memeluk beda agama.

“Kami tidak memperdebatkan hal itu. Keluarga kami hidup rukun. Karyawan saya juga banyak yang tidak berlainan agama. Meskipun saya Konghucu, kalau tasyakuran kami juga mengundang kiai untuk memimpin doa. Dalam lingkungan kerja, karyawan juga saling menghormati,” pungkasnya.


Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Mengenal Kembali Lasem, Tiongkok Kecil di Pantai Utara Jawa "

  1. SEKEDAR INFO BOCORAN TOGEL
    JIKA ANDA BUTUH A'NGKA GHOIB/JITU
    SGP HK MALAYSIA ARAB SAUDI LAOS
    2D_3D_4D-5D-6D-7D DI JAMIN 100% TEMBUS...
    SAYA BUKTINYA SUDAH 5X JP
    DAN SAYA SUDAH BENER2 YAKIN DENGAN AKI RORO
    YANG TELAH MEMBERIKAN ANGKA RITUAL NYA
    BAGI ANDA YANG SUKA MAIN TOGEL
    & INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN GABUNG DENGAN AKI RORO
    SILAHKAN HUB DI NO: ((_085-222-489-867_))


    Sekian lama saya bermain togel baru kali ini saya
    benar-benar merasakan yang namanya kemenangan 4D
    dan alhamdulillah saya dpat Rp 250 juta dan semua ini
    berkat bantuan angka dari AKI RORO
    karena cuma Beliaulah yang memberikan angka
    ritual yg di jamin 100% tembus awal saya
    bergabung hanya memasang 100 ribu karna
    saya ngak terlalu percaya ternyatah benar-benar
    tembus dan kini saya ngak ragu-ragu lagi untuk memasang
    angka nya,,,,buat anda yg butuh angka yang di jamin tembus
    hubungi AKI RORO DI NO: ((_085-222-489-867_))
    insya allah beliu akan siap menbatu kesusahan anda
    ''kami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T dan terima kasih banyak kepada AKI RORO.Anda bisa juga dibantu melalui pesugihan.DANA GHAIB.

    ReplyDelete