Pertama di Indonesia, Cilacap Kelola Sampah Berbasis RDF

SEKITARPANTURA.COM,CILACAP - Sampah tak selamanya menjadi persoalan karena baunya yang busuk dan jika tak ditangani dengan baik berdampak pada kesehatan maupun lingkungan. Namun sampah pun bisa menjadi sumber energi.

Hal itu yang melatarbelakangi kerja sama pengelolaan sampah menjadi energi di Kabupaten Cilacap. Saat acara Peletakan Batu Pertama dan Penandatanganan Nota Kesepahaman Proyek Pengolahan Sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF), Rabu (26/7) di TPA Tritih Lor, Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamudji menyampaikan, banyaknya sampah masih menjadi persoalan di wilayahnya.




Foto/Dinkominfo Jateng


Sebanyak empat tempat pembuangan akhir (TPA) di Kabupaten Cilacap, yakni Tritih Lor, Sidareja, Binangun dan Majenang saat ini belum bisa menampung sampah dengan baik, karena banyaknya sampah yang dihasilkan setiap hari. Dia memberi contoh kondisi TPA di Tritih Lor. Saat awal dimanfaatkan pada 1995, TPA Tritih bisa menampung sampah di lahan seluas 6,3 hektare. Tapi kini, lahan yang masih aktif hanya tinggal 1,4 hektare dan diperkirakan pada 2018 sudah penuh.

“Karena itu, Pemerintah Kabupaten Cilacap harus menyediakan lahan baru untuk TPA. Apalagi, di tengah dengan semakin bertambahnya penduduk. Untuk membuka TPA baru, berdasar kajian para ahli, butuh investasi paling tidak Rp 40 miliar per lima tahun,” kata dia.

Selain investasi yang mahal, lanjut Tatto, membuka lahan TPA baru juga tidak mudah lantaran semakin sempitnya lahan dan kerapkali menghadapi penolakan masyarakat. Penolakan itu karena pengelolaan sampah masih menggunakan metode lahan urug sanitair yang menyisakan masalah berupa potensi kontaminasi air tanah.

Dilatarbelakangi persoalan itu, Pemkab Cilacap bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemprov Jateng, dan Kedutaan Besar Denmark membangun fasilitas pengolah sampah berbasis RDF di Tritih Lor.

Plt Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Karliansyah menyampaikan, pengolahan sampah berbasis RDF adalah upaya mengolah sampah menjadi sumber energi. Dengan RDF, sampah dengan kapasitas 100 ribu ton bisa menghasilkan energi baru terbarukan sebesar 224 ribu lebih giga joule. Energi itu setara dengan penghematan pemakaian batubara sebanyak 9.600 ton per tahun.

Untuk menguji efektivitas dan optimalisasi teknologi itu, sambung dia, dibangun sebuah fasilitas uji coba di pabrik Narogong yang mampu mengolah sampah 2 X 140 ton. Dari hasil uji coba menunjukkan ada pengurangan kadar air dalam sampah sampai 25 persen.  Pihaknya berharap, RDF menjadi langkah awal untuk memberikan solusi alternatif masalah sampah, dalam skala nasional. Meski RDF nantinya bisa memberi kontribusi yang signifikan untuk mengurangi sampah, namun dia mengingatkan agar masyarakat tidak “boros” dalam membuang sampah.

“RDF hanya bagian kecil dari upaya pengelolaan sampah. Yang bermakna adalah perubahan perilaku. Jadi kalau masing-masing pribadi bisa mengubah untuk menghasilkan sampah sesedikit mungkin, baru luar biasa,” urainya.


Senada, Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko meminta masyarakat tidak “royal” terhadap sampah. Sebab, masih banyak jenis sampah yang tidak bisa tertangani. Karenanya, mantan Bupati Purbalingga itu mengajak agar masyarakat di tingkat rumah tangga mengambil bagian untuk ikut mengelola sampah, meski hanya dengan cara yang sederhana. Apalagi, sampah rumah tangga menyumbang sampah yang terbesar.

“Jangan lantas ayo buang sampah sebanyak-banyaknya. Wong sudah ada sistem pengolahan yang bagus kok. Tentu bukan begitu karena ini tidak gampang,” pesannya.

Tags : #Cilacap #Sampah 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pertama di Indonesia, Cilacap Kelola Sampah Berbasis RDF "

Post a Comment