Melihat Keunikan Tradisi Lamporan di Desa Soneyan

SEKITARPANTURA.COM, PATI - Tradisi Lamporan yakni ritual mengusir roh jahat pengganggu ternak, kembali digelar di Dukuh Sumber, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Pati, Kamis (05/10) malam.

Ruwatan mengusir roh jahat sekaligus sebagai usaha menolak bala ini memang sudah berjalan turun-temurun.

Tak ada catatan resmi mengenai awal mula ritual ini dijalankan. Namun, berdasarkan penuturan dari berbagai sumber, ritual ini sudah ada berpuluh-puluh tahun yang lalu.





Dahulu, ritual ini dilakukan karena dukuh setempat sering diganggu roh jahat yang menyasar berbagai ternak milik warga.

Namun, setelah tahun-tahun berlalu, tradisi ini tidak hanya sebagai sebuah ruwatan saja. Bahkan, sekarang ini sudah menjadi sebuah tradisi yang menghibur.

Makanya, dalam perjalannya, sudah ada berbagai macam kesenian daerah yang juga ikut ditampilkan. Sekaligus juga ada berbagai macam arak-arakan (sejenis ogoh-ogoh) yang sengaja dibuat untuk meramaikan acara.

PJ Kepala Desa Soneyan Qodim menuturkan, tradisi ini dilaksanakan setiap bulan Asyura (Muharram). “Lamporan ini dilaksanakan selama tujuh hari dengan cara berkeliling kampung, yang dimulai Sabtu Pon dan berakhir di Jumat Wage,” bebernya.

Penggunaan obor tersebut, menurut Qodim, karena obor atau oncor tersebut sebagai simbol pengusir roh jahat yang mengganggu kehidupan masyarakat.“Selain itu, penggunaan oncor ini, karena dahulu kala memang belum ada listrik,” imbuhnya.

Terkait adanya pakaian Suku Dayak dalam tradisi tersebut, menurut Qodim, itu hanya budaya luar yang dijadikan tambahan. Adanya Budaya Dayak itu juga baru ada dalam tahun-tahun ini saja.

“Yang masih murni hanya obor saja. Sedangkan lainnnya merupakan tambahan agar lebih meriah,” ungkapnya.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Melihat Keunikan Tradisi Lamporan di Desa Soneyan "

Post a Comment