Gunungan Nasi Tiwul pada Kirab Haul Eyang Suryo Kusumo
Beragam agenda budaya di Kota Kretek, Kudus, seolah tak ada habisnya. Di antaranya adalah kirab budaya dalam rangka memperingati haul Eyang Suryo Kusumo.
Kirab budaya ini menyedot perhatian ribuan masyarakat. Hal ini terlihat banyaknya warga yang memadati jalan di sepanjang Desa/Kecamatan Mejobo menuju Makam Sunan Boto Putih, tempat berlangsungnya kirab. Mereka rela berdiri berdesakan guna menyaksikan kirab budaya itu.
Kegiatan ini, merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Eyang Suryo Kusumo, yang merupakan penyebar Islam di Kudus bagian timur, pada abad 18. Eayang Suryo merupakan murid dari Pangeran Diponegoro.
Acara ini tak hanya melibatkan warga di Desa Mejobo, melainkan, juga desa sekitar, semisal Desa Kirig.
Yang cukup menarik dari kirab ini, selain berbagai kreasi yang dibuat peserta kirab, juga terdapat berbagai macam gunungan, yang akan diperebutkan masyarakat pada akhir acara. Di antaranya, gunungan berupa hasil bumi, apem, nasi berkat, jajan pasar, nasi tumpeng, dan lainnya.
Yang istimewa, adalah gunungan nasi tiwul. Di mana, dahulu kala tiwul merupakan makanan pokok masyarakat Mejobo. Sejarahnya, Eyang Suryo Kusumo dan para santri juga menjadikan tiwul sebagai makanan sehari-hari.
Nasi tiwul yang diarak , kemudian didoakan oleh para kiai. Dan oleh masyarakat diyakini nasi tiwul itu membawa berkah, karena sudah didoakan banyak orang.
0 Response to "Gunungan Nasi Tiwul pada Kirab Haul Eyang Suryo Kusumo "
Posting Komentar