Sendon Waton Kartini, Mengupas Peran Kartini pada Masanya

SEKITARPANTURA.COM,REMBANG - Setelah menggelar jamuan makan malam dengan keluarga besar Raden Ayu Kartini, Pemkab Rembang menyajikan Sendon Waton Kartini di Pendopo Musem RA Kartini, Rabu (20/4/2017) malam. Kegiatan dialog budaya tersebut diawali makan gratis bersama masyarakat, Bupati Rembang Abdul Hafidz dan Wakil Bupati Rembang Bayu Andriyanto serta jajaran OPD.

Memasuki acara, suara merdu dari seniwati asal Solo, Sruti Respati yang menyanyikan lagu Melati Suci karya Guruh Soekarno Putra membius ratusan orang yang ada di pendopo. Selain telinga, mata penonton juga dimanjakan dengan setingan penuh seni dengan sesosok wanita yang sedang membatik selama penyanyi yang juga presenter televisi lokal itu bernyanyi.

Bupati Rembang, Abdul Hafidz, dalam sambutannya mengatakan, kegiatan Sendon Waton Kartini itu menarik digelar karena di dalamnya mengupas bagaimana RA Kartini berjuang selama ini. Pesan dan cita-citanya menjadi penting diketahui dan dihapami oleh generasi sekarang.

(Foto/Humas Rembang)


“Daerah ini akan bermartabat ketika tidak melupakan sejarahnya. Inilah inti yang akan kita kemas melalui dialog budaya gema kartini sendon waton kartini. Di sini pemerintah maupun masyarakat bisa menyampaikan atau urun rembug dengan narasumber yang akan memberikan keilmuannya untuk menyikapi kondisi daerah Kabupaten Rembang yang harus menghormati sejarah,”terangnya.

Bupati mengingatkan, bahwa Kartini tidak mewariskan harta benda, tetapi cita-cita. Cita-cita itu yang harus digelorakan saat ini.

Dalam dialog, narasumber Edi Winarno yang merupakan sejarawan sekaligus Ketua Forum Komunikasi Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah menjelaskan yang dimaksud emansipasi dari RA Kartini. Dalam penjelasannya, pahlawan emansipasi wanita itu tidak menginginkan wanita melawan laki-laki atau lupa kodratnya.

Di zaman Kartini, hak-hak kaum perempuan sama sekali tidak ada. Bahkan wanita saat itu sembari menunggu dilamar oleh laki-laki, mereka dipingit terlebih dulu.

“Di kanan kiri pendopo ada kesel laki-laki dan perempuan. Kesel perempuan berlubang dan kesel laki-laki buntu (tidak berlubang). Maksudnya ketika ada orang melamar si perempuan bisa nginceng (mengintip) dari lubang kesel itu, tidak boleh keluar,” ujarnya.


Lebih lanjut, Edi Winarno menceritakan, Kartini meneteskan air mata ketika mengetahui di Banten seorang istri dicerai suaminya gara-gara hamil. Dirinya tidak ingin wanita diperlakukan sedemikan rupa.

Namun Ia juga mengungkapkan bahwa sosok Kartini tidak hanya memperjuangkan kaum perempuan, tetapi juga laki-laki. Buktinya apa setelah dia menikah Kartini tidak jadi berangkat belajar ke Belanda.

“Dia justru memperjuangkan Agus Salim untuk menggantikan dirinya, karena Agus Salim ini merupakan lulusan terbaik seluruh Indonesia waktu itu dari HBS, artinya Kartini memperjuangkan laki-laki dan perempuan semua masyarakat pribumi, tetapi karena perempuan begitu termarjinalkan maka Ia ingin wanita terpenuhi hak-haknya agar bisa maju bersama memerdekan bangsa. Ini prinsip emansipasi yang dikemukakan kartini,” jelasnya.

Selain Edi Winarno, pemkab juga menghadirkan narasumber pegiat literasi Trini Haryanti. Dengan kehadirannya dialog budaya juga diselingi dengan obrolan tentang buku dan membaca.(*)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Sendon Waton Kartini, Mengupas Peran Kartini pada Masanya "

Post a Comment